TATALAKSANA STENTING PADA CAROTID ARTERY DISEASE SERTA PEMANTAUANNYA : SERIAL KASUS

Penulis

  • Gilbert Tangkudung Neurology Consultant, Interventional Neurology Division, Dept. of Neurology, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado, Indonesia
  • David Wyanto Resident, Dept. of Neurology, Faculty of Medicine Sam Ratulangi University, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado, Indonesia
  • Mieke A.H.N Kembuan Neurology Consultant, Neurovascular and Stroke Division, Dept. of Neurology, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado, Indonesia

Kata Kunci:

carotid artery disease, stenting, stroke infarction

Abstrak

Stroke adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas.1 Menurut Riskesdas terjadi peningkatan angka kejadian penyakit stroke dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 10.9 per 1000 penduduk pada tahun 2018.2 Stenosis arteri karotid internal ekstrakranial menyebabkan sekitar 10-15% dari stroke iskemik.3 Kasus 1, laki-laki 51 tahun dengan keluhan utama lemah anggota gerak kanan berulang. Pemeriksaan fisik didapatkan hemiparesis dextra. Skor NIHSS 3. CT scan otak didapatkan multiple lakunar infark. Hasil angiografi menunjukkan lesi ateroskleroris intrakranial pada arteri karotis interna kanan, bifurcation arteri karotis interna kiri dan arteri verterbralis kiri. Kasus 2, perempuan 57 tahun dengan keluhan lemah anggota gerak kiri berulang. Pemeriksaan fisik didapatkan hemiparesis sinistra. Skor NIHSS 1. CT scan otak dalam batas normal. MRI dan MRA otak ditemukan multiple kronik infark dan trombus di arteri karotis eksterna kanan dan kiri. Hasil angiografi menunjukkan adanya suatu lesi stenosis di bifurcation karotis interna sinistra. Tindakan revaskularisasi bertujuan untuk menurukan risiko terjadinya iskemik. Kedua pasien mengalami kelemahan satu sisi berulang dan ditatalaksana dengan carotid artery stenting (CAS), farmakoterapi dan modifikasi gaya hidup. Setelah CAS pasien tidak mengeluhkan kelemahan berulang dan hasil Carotid Doppler tidak ditemukan restenosis.

Diterbitkan

2020-11-17